Etika merupakan tuntunan moral yang
mengatur perilaku yang baik.
Jadi berperilaku etis adalah melakukan apa yang secara
moral benar. Etika mengatur prinsip-prinsip
perilaku yang baik dan benar sebagai falsafah moral. Implementasinya akan
bervariasi antar tempat, antar budaya, antar manusia, antar profesi, dan antar
masyarakat sebagai hasil dari adab sopan santun yang bergerak dan bergeser
menurut perkembangan jaman.
Kata etika (etica; latin) berarti falsafah
moral sebagai pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sisi pandang agama,
norma sosial dan budaya. Etika juga berasal dari kata
Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas yaitu, suatu adat kebiasaan atau watak kesusilaan, ethos
kerja, kode etik kelompok profesi.
Etika memiliki konteks bisnis
dengan arti sebagai wujud kesepakatan dan kesepahaman umum yang mengatur relasi
sosial antara pemangku kepentingan sebuah organisasi bisnis, antara pemilik
dengan manajemen, antara manajemen dengan pekerja, antara suatu perusahaan
dengan mitra maupun lingkungan bisnisnya, yang dimaksudkan untuk mencapai
relasi yang saling menguntungkan atau tidak saling merugikan.
Dalam
konteks ini, menjadi sebuah pembelajaran yang dinamis dan menarik untuk
mempelajari permasalahan etika bisnis yang pernah dihadapi oleh Apple Inc.
dengan mitra pabriknya di Cina yaitu Foxcon, khususnya dengan pekerja Foxcon.
Etika bisnis sebagai relasi yang saling menguntungkan antara Apple Inc. dengan
pekerja Foxcon tidak tercapai, bahkan ada indikasi yang merugikan pihak pekerja
hingga terjadinya kasus skandal etika antara mereka yang ditandai dengan
tragedi pekerja Foxcon yang melakukan unjuk rasa hingga bunuh diri sebagai
bentuk protesnya. Dalam paper ini akan dipaparkan penerapan etika bisnis dalam
dunia nyata dan permasalahan yang terjadi.
Beberapa pengertian tentang etika :
·
Etika adalah perbuatan standar yang memimpin individu dalam
membuat keputusan
·
Etika adalah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah
serta pilihan moral yang dilakukan seseorang
·
Keputusan etis adalah suatu hal yang benar mengenai perilaku
standar
Dari
pembahasan definisi tentang etika di atas, maka dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis definisi, yaitu
sebagai berikut:
1. Etika dipandang
sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk
dari perilaku manusia.
2. Etika dipandang
sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam
kehidupan bersama.
Definisi tersebut tidak
melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu
dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat
sosiologik.
3. Etika dipandang
sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya
memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak
perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan
merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan
reflektif.
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang
menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan
berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan
menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara
kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya,
dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau
norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf, 1991), sebagai berikut:
1. Etika
Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional
tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang
dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut
berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku
manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai
atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika
Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan
perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang
seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup
ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia
bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan
kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Fundamental etika yang berlaku universal, fundamental
etika yang berlaku pada semua etnis menurut Zimmerer (1996) terdiri atas:
1. Sopan santun, yaitu selalu bicara benar, terus terang, tidak menipu
dan tidak mencuri.
2. Integritas, yaitu memiliki prinsip, hormat dan tidak bermuka dua.
3. Manjaga janji, yaitu dapat dipercaya bila berjanji, tidak mau
menang sendiri
4. Kesetiaan, ketaatan, yaitu benar dan loyal pada keluarga dan teman,
tidak menyembunyikan informasi yang tidak perlu dirahasiakan
5. Kejujuran, kewajaran (fairness), yaitu berlaku fair dan terbuka,
berkomitmen pada kedamaian, jika bersalah cepat mengakui kesalahan, perlakuan
yang sama terhadap setiap orang dan memiliki toleransi yang tinggi
6. Menjaga satu sama lain (caring for others), yaitu penuh perhatian,
baik budi, ikut andil, menolong siapa saja yang memerlukan bantuan.
7. Saling menghargai satu sama lain (respect for others), yaitu
menghormati hak-hak orang lain, menghormati kebebasan dan rahasia pribadi
(privasi), mempertimbangkan orang lain yang dianggap bermanfaat dan tidak
berprasangka buruk.
8. Bertanggung jawab (responsible), yaitu patuh terhadap undang-undang
dan peraturan yang berlaku, jika menjadi seseorang pimpinan maka harus bersikap
terbuka dan menolong.
9. Pengejaran keunggulan (pursuit of excellence), yaitu berbuat yang
terbaik di segala kegiatan, bertanggung jawab, rajin, berkomitmen, bersedia
untuk meningkatkan kompetensi dalam segala bidang.
10. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability), yaitu
bertanggungjawab dalam segala perbuatan terutama dalam mengambil keputusan
Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka
ragam tetapi memiliki satu pengertian yang sama, yaitu pengetahuan tentang tata
cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan
moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan
penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Etika bisnis adalah keseluruhan dari
aturan-aturan etika, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang
mengatur hak-hak dan kewajiban produsen dan konsumen serta etika yang harus
dipraktekkan dalam bisnis.
Etika bisnis mencakup hubungan antara perusahaan
dengan orang yang menginvestasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen,
pegawai, kreditur dan pesaing.
·
Orang yang menanam uang atau
investor menginginkan manajemen dapat mengelola perusahaan secara berhasil,
sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi mereka.
·
Konsumen menginginkan agar
perusahaan menghasilkan produk bermutu yang dapat dipercaya dan dengan harga
yang layak
·
Para karyawan menginginkan
agar perusahaan mampu membayar balas jasa yang layak bagi kehidupan mereka,
memberi kesempatan naik pangkat atau promosi jabatan.
·
Pihak kreditur mengharapkan
agar semua hutang perusahaan dapat dibayar tepat pada waktunya dan membuat
laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dibuat secara teratur.
Pihak pesaing mengharapkan agar dalam persaingan
dilakukan secara baik, tidak merugikan dan menghancurkan pihak lain. Orang-orang
bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya di
masyarakat. Harus ada etika dalam menggunakan sumber daya yang terbatas di masyarakat, apa
akibat dari pemakaian sumber daya tersebut dan apa akibat dari proses produksi
yang dilakukan. Etika bisnis menyangkut usaha membangun kepercayaan antara
masyarakat dengan perusahaan,dan ini merupakan elemen sangat penting buat
suksesnya suatu bisnis dalam jangka panjang.
Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat
penting untuk melindungi reputasi perusahaan. Masalah etika ini selalu dihadapi
oleh para manajer dalam keseharian kegiatan bisnis, namun harus dijaga terus
menerus, sebab reputasi sebuah perusahaan yang etis tidak dibentuk dalam waktu
pendek tapi akan terbentuk dalam jangka panjang. Dan ini merupakan aset tak
ternilai sebagai good will bagi
sebuah perusahaan. Suatu trademark
istimewa dalam competitive advantage.
Ada lima prinsip etika bisnis menurut Keraf
(1994) diantaranya adalah :
1. Prinsip Otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom
mengandaikan adanya kebebasan mengambil keputusan dan bertindak menurut
keputusan itu. Otonomi juga mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam dunia
bisnis, tanggung jawab seseorang meliputi tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat.
2. Prinsip Kejujuran. Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan
syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan,
dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena
masih banyak pelaku bisnis melakukan penipuan.
3. Prinsip saling
menguntungkan. Prinsip ini mengarahkan agar kita
secara aktif dan maksimal berbuat baik atau menguntungkan orang lain, dan
apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain atau mitra bisnis.
4. Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa
yang menjadi hak seseorang di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang
sama nilainya.
5. Integritas Moral. Prinsip
ini mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin
diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak
ingin diperlakukan.
Selain itu, etika bisnis juga
mempunyai prinsip-prinsip pokok yang menjadi landasan dan pedoman, yaitu ;
1. Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan
perusahaan atau pengusaha.
2. Hal tersebut merupakan elemen penting buat suksesnya bisnis jangka
panjang
3. Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi
perusahaan.
4. Kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang berlaku di
mana-mana
5. Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral menyangkut
tindakan yang benar dan salah yang terjadi di dalam lingkungan kerja.
Serta nilai-nilai etika bisnis yang seharusnya
tidak dilanggar, yaitu ;
1. Kejujuran. Kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
bisnis dan merupakan unsur penting untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.
2. Keadilan. Memperlakukan setiap orang sesuai
haknya. Misalnya tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.
3. Rendah hati. Jangan melakukan bisnis dengan
kesombongan. Misalnya mempromosikan produk dengan berlebihan dengan menjatuhkan
produk pesaing.
4. Simpatik. Menampilkan wajah ramah dan simpatik
serta mengelola emosi.
5. Kecerdasan. Dalam menjalankan strategi bisnis
diperlukan kecerdasan agar menghasilkan keuntungan yang memadai dan menghindari
kejahatan non-etis dari pesaing.
6. Memperhatikan norma, budaya atau agama yang
berlaku karena tiap daerah berlainan.
Dengan memperhatikan
aspek-aspek tersebut diatas, dan menjaga etika bisnis akan memberikan keuntungan
bagi entitas, yaitu ;
·
Jika jujur dalam berbisnis,
maka bisnisnya akan maju
·
Timbulnya kepercayaan
·
Kemajuan terjaga, jika
perilaku etis terjaga
·
Perolehan laba akan meningkat
·
Bisnis akan terjaga eksistensi
dan kesinambungannya
Tentang
Apple Inc.
Apple Inc. (sebelumnya bernama Apple Computer)
adalah sebuah perusahaan multinasional yang berpusat di Silicon Valley,
Cupertino, California dan bergerak dalam bidang perancangan, pengembangan, dan
penjualan barang-barang yang meliputi elektronik konsumen, perangkat lunak
komputer, perangkat telepon selular telepon pintar, serta komputer pribadi.
Apple merupakan salah satu perusahaan dengan budaya dan nilai yang dipegang
teguh oleh seluruh lapisan organisasi. Hal ini tercermin dari keseragaman
experience yang dirasakan oleh konsumen Apple di seluruh dunia dan pada seluruh
produk Apple, mulai dari iTunes, iPhone, iPad, MacBook, hingga customer service
Apple yaitu Genius Bar. Kohesivitas yang
dimiliki Apple telah membawa Apple menjadi World’s
Most Admired Brands and World’s Most Admired Company menurut majalah Fortune.
Dari sisi brand awareness, Apple memiliki konsep
untuk mendiversifikasikan komputer mereka dari apa yang sudah ada di pasaran, Apple juga mendesain
produk-produk iPod, dan juga iPhone. Apple memposisikan komputer Macintosh
dengan kualitas yang lebih tinggi dan harga yang tinggi daripada pesaingnya.
Selain berfokus pada kebutuhan umum, dari komputer Apple memiliki produk yang
dibundel dengan nama iLife, yang memungkinkan komputer Apple digunakan untuk
mengerjakan hal-hal kreatif, seperti melakukan aransemen musik dengan software
GarageBand, dan lain-lain. Dalam industri telekomunikasi, iPhone yang dirilis
pada tahun 2007 setelah penantian yang lama akhirnya menjadi produk unggulan
dari Apple.
Apple melakukan integrasi vertikal pada beberapa bidang bisnisnya, contohnya
adalah bagaimana Apple berhasil menghadirkan Microsoft Office for Mac untuk komputer mereka dan memungkinkan
Microsoft Windows dijalankan dalam mesin mereka (namun tidak sebaliknya). Contoh unik
lainnya dari integrasi vertikal adalah iPod dan iTunesnya, iTunes memiliki supply content musik
yang dijual berasal dari Sony Music.
Apple berhasil membangun reputasi sebagai
inovator dengan mengeluarkan sekumpulan lini produk yang mudah digunakan dan
mampu mencakup segmen yang cukup luas. Dan differensiasi tersebut memberikan
nilai ekonomis yang cukup besar, terutama dalam kompetisi yang bersifat
monopoli (yang dilakukan/dimonopoli oleh Microsoft). Jika perusahaan
mengalami kenaikan harga yang diperoleh dari supplier maka Apple dapat dengan
mudah membebankan pada konsumen sehingga memungkinkan berkurangnya ancaman dari
supplier, dan karena posisi dari produknya yang berbeda dan unik, maka Apple
memiliki produk yang tidak dimiliki oleh kompetitornya sehingga mau tidak mau
konsumen tidak dapat menawar untuk memperoleh produk yang dimiliki oleh Apple
hanya bisa melalui Apple karena kompetitornya tidak sanggup memilikinya
sehingga mengurangi ancaman dari pembeli.
Dalam laporan
yang diturunkan oleh Sethi (2012), Apple telah mencapai puncak kesuksesan dalam 15 tahun yang
singkat. Dengan kapitalisasi
pasar lebih dari $ 500 miliar
Apple berada d antara perusahaan yang paling berharga dan sangat menguntungkan di dunia.
Sukses yang luar biasa terletak pada
kemampuan perusahaan untuk menciptakan
produk yang benar-benar inovatif
dengan daya tarik pelanggan yang luas.
Apple telah memilih untuk inovasi produk konstan dan berbeda, sehingga mampu mencapai loyalitas konsumen fanatik dan tingkat profitabilitas yang tinggi.
Foxconn dan anak perusahaannya yang berbasis di
China yang dimiliki dan dikendalikan oleh Hon Hai Precision Industry Co, Ltd
yang berbasis di Taiwan. Foxconn terutama sebagai
original
equipment manufacturer (OEM), adalah gabungan antara desain dan pengembangan bersama,
manufaktur, perakitan, dan mitra layanan purna jual bagi sebagian besar
perusahaan elektronik konsumen utama di dunia. Didirikan pada tahun 1974 oleh Terry Guo untuk
mengintegrasikan pembuatan produk elektronik dengan total biaya terendah.
Foxconn adalah operasi manufaktur terbesar dan
teknis paling canggih untuk produk elektronik konsumen. Selain Apple, klien lain meliputi antara
lain, Dell, HP, Sony, Intel, dan Microsoft. Perusahaan ini adalah eksportir
terbesar dari produk-produk dari China.
Foxconn memiliki fanatisme tentang kerahasiaan dan keamanan. Untuk masuk kedalam pabrik dan fasilitas lainnya, hampir mustahil dapat dilakukan tanpa
izin khusus dari manajemen pabrik dan otorisasi dari pembeli asing. Kerahasiaan
ini juga cocok untuk kepentingan Apple dan perusahaan hi-tech asing lain yang memiliki perhatian khusus
tentang melindungi kekayaan intelektual mereka dan produk-produk baru yang
inovatif dari pesaing mereka. Hal ini juga disediakan Foxconn dengan cara siap melindungi
semua aspek operasinya.
Dibalik
kesuksesan dan kejayaan Apple, dibalik
kesejahteraan pemiliknya, manajemen serta karyawannya yang berada di kantor
pusatnya, ternyata pernah mengalami sebuah masalah serius dalam hal etika
bisnis terkait hubungannya dengan salah satu mitra pemasoknya, terutama dalam
persoalan perlakuan tenaga kerja. Dari keuntungan yang diperoleh Apple dengan
harga jual perangkatnya yang tinggi karena kemegahan produknya, hanya dinikmati
oleh Apple dan institusi didalamnya, namun hal yang berkebalikan diterima oleh
pekerja di Foxcon.
Apple memperlakukan pelanggan dan
pekerja dengan dua standar yang berbeda (Sethi, 2012). Ketika datang ke pelanggan,
Apple adalah inovator berani yang
memimpin industri ke arah yang baru dan kekuatan orang
lain untuk mengikuti. Namun, ketika
datang ke manajemen rantai
pasokan dan perlakuan terhadap
pekerja di pabrik-pabrik Cina
yang membuat produk-produknya, ia
bersembunyi di balik kendala praktik industri yang berlaku. Yang lebih membingungkan adalah kenyataan bahwa praktik-praktik ini
melanggar tidak hanya hukum lokal dan nasional, tetapi juga dari kode etik Apple sendiri. Ini adalah yang upaya sederhana
terbaik untuk memastikan bahwa pekerja akan diperlakukan
secara adil dan diberikan lingkungan kerja
yang aman.
Salah satu pemasok terbesar dan produsen produk
baru Apple Inc (Apple)
telah terlibat dalam skandal mengenai kondisi kerja buruh
pabrik. Perusahaan ini disebut Foxcon Technology
Group (Foxcon), yang mengoperasikan
lebih dari 40 pusat penelitian dan pengembangan serta
fasilitas manufaktur di Asia,
Rusia, Eropa dan
Amerika. Foxconn telah berada di bawah sorotan media sejak awal
tahun 2010 (Pratap et al., 2012). Kekhawatiran atas kerja dan kondisi hidup
yang buruk bagi pekerja yang dipicu oleh angka seringnya dan semakin banyaknya
insiden bunuh diri pekerja pabrik. Pratap et al. (2012) melaporkan bahwa
pekerja Foxconn dari lokasi yang berbeda diartikulasikan bahwa mereka diperlakukan
lebih buruk dari mesin. Alasan untuk perlakuan tersebut adalah perbedaan biaya
penggantian: seorang pekerja dapat digantikan oleh pekerja lain tanpa biaya,
sedangkan mesin harus dibayar untuk penggantian (Pratap et al, 2012). Pekerja
mengeluh dan terus mengeluh tentang ketidakberdayaannya, dengan diperlakukan
seperti pengawasan militer dalam mengawasi pekerja, serta jam kerja yang
panjang yang dipaksakan kepada mereka. Rata-rata pekerja Foxcon bekerja 174 jam
reguler per bulan dan 80-100 jam diluar jam kerja normal (Lee, 2011). Pratap et al. (2012) melaporkan bahwa para pekerja dipaksa untuk bekerja lembur termasuk
pada akhir pekan dan tidak mendapatkan manfaat/bayaran yang sesuai karena gaji yang rendah dan
ancaman dipecat apabila menolak.
Menurut Eaton (2012), dalam
dinamika bisnisnya Apple telah melakukan pelanggaran etika bisnis ketika
berhubungan dengan Foxcon dalam beberapa prinsip, yaitu :
1. Apple, menghadapi kritik besar tentang perlakuan yang tidak adil
dari para pekerja dalam rantai pasokan. Yang secara teknis bekerja untuk sebuah
perusahaan yang sama sekali berbeda, di negara yang berbeda dengan latar
belakang sosial dan ekonomi sangat berbeda.
2. Foxcon menghadapi kontroversi di masa lalu atas masalah bunuh diri.
Fenomena ini
menunjukkan masalah kesejahteraan yang benar-benar jauh lebih rendah dari rata-rata di Cina.
3. Pada awal 2011 tercatat bahwa Cina telah memiliki biaya tenaga kerja tertinggi ketiga dalam
perekonomian Asia berkembang. Namun
Foxcon tidak memberikan upah yang sesuai dengan regulasi pemerintahnya.
4. Etika kerja, kondisi kerja, dan situasi ekonomi di Cina adalah berbeda secara
radikal Amerika Serikat sebagai negara
asal Apple. Dipengaruhi oleh politik, sejarah, efek ekonomi lokal,
undang-undang, kebiasaan sosial, dan tradisi negara Cina.
5. Standar kondisi ekonomi
global dan nilai mata uang relatif yang
seharusnya setara antara mata uang lokal dengan dolar Amerika Serikat seharusnya bisa memberikan tingkat
kesejahteraan yang jauh lebih baik bagi negara yang memiliki kerjasama bisnis dengannya.
Dengan melihat dari aspek-aspek
yang dipaparkan diatas, dapat dipelajari prinsip-prinsi etika bisnis yang
terlanggar oleh Apple dalam hubungannya dengan Foxcon, dengan menempatkan
masalah sesuai konteks makalah ini, yaitu :
1. Prinsip Otonomi
Apple telah tidak memenuhi tanggungjawabnya secara
etika bisnis untuk menjunjung tinggi dan menaati regulasi bisnis yang berlaku
secara global maupun lokal di negara tempat pelaksanaan bisnisnya. Adanya
aturan ketenagakerjaan, etika kerja, keselamatan kerja, dan aturan pengupahan
di negara Foxcon, Cina, tidak diindahkan karena semata-mata mengejar keuntungan
dari hasil menekan biaya produksi serendah-rendahnya. Hingga sampai pernah
terjadi insiden kebakaran di pabrik Foxcon.
2. Prinsip Kejujuran
Ada ketidak-transparanan dalam manajemen biaya produksi dan harga jual
akhir antara Apple dengan Foxcon dan persatuan pekerjanya, sehingga terjadi
penyimpangan dan penyelewengan hak-hak pekerja dalam pencapaian target kinerja
Foxcon atas perjanjian kerjasamanya dengan Apple.
3. Prinsip Saling Menguntungkan
Apple mengambilkan keuntungan sepihak dari
perjanjian bisnisnya dengan Foxcon dengan usaha menekan biaya produksinya,
dalam hal ini pekerja yang menjadi korban terbesarnya. Dunia mengakui
kesuksesan finansial perusahaan Apple dalam memberikan keuntungan kepada
pemilik sahamnya dari hasil usahanya hingga Apple masuk kedalam jajaran
perusahaan dengan kapital terbesar didunia, namun hal ini tidak berdampak yang
sama kepada mitra produksinya di Cina, terutama dalam hal ini para pekerjanya
langsung.
4. Prinsip Keadilan
Ada kesenjangan yang sangat nyata antara karyawan
Apple di kantor pusatnya di Amerika Serikat dengan para pekerja yang telah
menghasilkan produk yang memberikan keuntungan besar bagi Apple. Apabila
karyawan di kantor pusatnya menikmati gaji yang besar serta berbagai fasilitas
yang memadai dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi, namun tidak demikian
yang diperoleh oleh pekerja produksi produk Apple yang berada di mitranya di
Foxcon Cina. Bahkan ketidakadilan yang sangat senjang ini telah memicu
insiden-insiden akibat kekecewaan dan keputusasaan para pekerjanya dalam bentuk
unjuk rasa dan upaya bunuh diri.
5. Prinsip Integritas
Standar ganda yang dilakukan oleh Apple,
berbedanya standar yang diberikan kepada pelanggan dengan kepada pekerja
produksinya menunjukkan adanya masalah integritas yang ditunjukkan. Ketika datang ke pelanggan, Apple adalah inovator berani yang memimpin industri ke arah yang baru dan
kekuatan orang lain untuk mengikuti. Namun, ketika datang ke manajemen rantai pasokan, mereka melakukan
perlakuan yang tidak baik terhadap pekerja di
pabrik-pabrik Cina yang membuat produk-produknya, ia bersembunyi di balik
kendala praktik industri yang berlaku.
Referensi:
Didovych, M. (2012). Ethics
Behind Apple and Foxconn Relationship. The
College of Westchester
Eaton, Kit. (2012). Apple And Foxconn's Ethics Hit Your Gadget Prices
[Updated]. Fast
Company, February 24, 2012.
Keraf, A, Sonny, Imam, RH. (1995). Etika Bisnis Edisi Ketiga dengan Revisi. Yogyakarta (ID): Kanisius
Lee, A. (2011). Apple Manufacturer Foxconn
Makes Employees Sign “No Suicide” Pact”, The Huffington
Post.