Sunday, August 16, 2015

ETIKA BISNIS DIBALIK RELASI KORPORASI ANTARA APPLE DENGAN FOXCON

Etika merupakan tuntunan moral yang mengatur perilaku yang baik. Jadi berperilaku etis adalah melakukan apa yang secara moral benar. Etika mengatur prinsip-prinsip perilaku yang baik dan benar sebagai falsafah moral. Implementasinya akan bervariasi antar tempat, antar budaya, antar manusia, antar profesi, dan antar masyarakat sebagai hasil dari adab sopan santun yang bergerak dan bergeser menurut perkembangan jaman.
Kata etika (etica; latin) berarti falsafah moral sebagai pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sisi pandang agama, norma sosial dan budaya. Etika juga berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas yaitu, suatu adat kebiasaan atau watak kesusilaan, ethos kerja, kode etik kelompok profesi. 
Etika memiliki konteks bisnis dengan arti sebagai wujud kesepakatan dan kesepahaman umum yang mengatur relasi sosial antara pemangku kepentingan sebuah organisasi bisnis, antara pemilik dengan manajemen, antara manajemen dengan pekerja, antara suatu perusahaan dengan mitra maupun lingkungan bisnisnya, yang dimaksudkan untuk mencapai relasi yang saling menguntungkan atau tidak saling merugikan.
Dalam konteks ini, menjadi sebuah pembelajaran yang dinamis dan menarik untuk mempelajari permasalahan etika bisnis yang pernah dihadapi oleh Apple Inc. dengan mitra pabriknya di Cina yaitu Foxcon, khususnya dengan pekerja Foxcon. Etika bisnis sebagai relasi yang saling menguntungkan antara Apple Inc. dengan pekerja Foxcon tidak tercapai, bahkan ada indikasi yang merugikan pihak pekerja hingga terjadinya kasus skandal etika antara mereka yang ditandai dengan tragedi pekerja Foxcon yang melakukan unjuk rasa hingga bunuh diri sebagai bentuk protesnya. Dalam paper ini akan dipaparkan penerapan etika bisnis dalam dunia nyata dan permasalahan yang terjadi.


Beberapa pengertian tentang etika :
·         Etika adalah perbuatan standar yang memimpin individu dalam membuat keputusan
·         Etika adalah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah serta pilihan moral yang dilakukan seseorang
·         Keputusan etis adalah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar

Dari pembahasan definisi tentang etika di atas, maka dapat diklasifikasikan menjadi tiga  jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1.      Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2.      Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
3.      Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.


Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf, 1991), sebagai berikut:

1.      Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.

2.      Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.


Fundamental etika yang berlaku universal, fundamental etika yang berlaku pada semua etnis menurut Zimmerer (1996) terdiri atas:
1.      Sopan santun, yaitu selalu bicara benar, terus terang, tidak menipu dan tidak mencuri.
2.      Integritas, yaitu memiliki prinsip, hormat dan tidak bermuka dua.
3.      Manjaga janji, yaitu dapat dipercaya bila berjanji, tidak mau menang sendiri
4.      Kesetiaan, ketaatan, yaitu benar dan loyal pada keluarga dan teman, tidak menyembunyikan informasi yang tidak perlu dirahasiakan
5.      Kejujuran, kewajaran (fairness), yaitu berlaku fair dan terbuka, berkomitmen pada kedamaian, jika bersalah cepat mengakui kesalahan, perlakuan yang sama terhadap setiap orang dan memiliki toleransi yang tinggi
6.      Menjaga satu sama lain (caring for others), yaitu penuh perhatian, baik budi, ikut andil, menolong siapa saja yang memerlukan bantuan.
7.      Saling menghargai satu sama lain (respect for others), yaitu menghormati hak-hak orang lain, menghormati kebebasan dan rahasia pribadi (privasi), mempertimbangkan orang lain yang dianggap bermanfaat dan tidak berprasangka buruk.
8.      Bertanggung jawab (responsible), yaitu patuh terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku, jika menjadi seseorang pimpinan maka harus bersikap terbuka dan menolong.
9.      Pengejaran keunggulan (pursuit of excellence), yaitu berbuat yang terbaik di segala kegiatan, bertanggung jawab, rajin, berkomitmen, bersedia untuk meningkatkan kompetensi dalam segala bidang.
10.  Dapat dipertanggungjawabkan (accountability), yaitu bertanggungjawab dalam segala perbuatan terutama dalam mengambil keputusan


Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian yang sama, yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Etika bisnis adalah keseluruhan dari aturan-aturan etika, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hak-hak dan kewajiban produsen dan konsumen serta etika yang harus dipraktekkan dalam bisnis.
Etika bisnis mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang yang menginvestasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai, kreditur dan pesaing.
·         Orang yang menanam uang atau investor menginginkan manajemen dapat mengelola perusahaan secara berhasil, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi mereka.
·         Konsumen menginginkan agar perusahaan menghasilkan produk bermutu yang dapat dipercaya dan dengan harga yang layak
·         Para karyawan menginginkan agar perusahaan mampu membayar balas jasa yang layak bagi kehidupan mereka, memberi kesempatan naik pangkat atau promosi jabatan.
·         Pihak kreditur mengharapkan agar semua hutang perusahaan dapat dibayar tepat pada waktunya dan membuat laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dibuat secara teratur.

Pihak pesaing mengharapkan agar dalam persaingan dilakukan secara baik, tidak merugikan dan menghancurkan pihak lain. Orang-orang bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya di masyarakat. Harus ada etika dalam menggunakan sumber daya yang terbatas di masyarakat, apa akibat dari pemakaian sumber daya tersebut dan apa akibat dari proses produksi yang dilakukan. Etika bisnis menyangkut usaha membangun kepercayaan antara masyarakat dengan perusahaan,dan ini merupakan elemen sangat penting buat suksesnya suatu bisnis dalam jangka panjang.
Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting untuk melindungi reputasi perusahaan. Masalah etika ini selalu dihadapi oleh para manajer dalam keseharian kegiatan bisnis, namun harus dijaga terus menerus, sebab reputasi sebuah perusahaan yang etis tidak dibentuk dalam waktu pendek tapi akan terbentuk dalam jangka panjang. Dan ini merupakan aset tak ternilai sebagai good will bagi sebuah perusahaan. Suatu trademark istimewa dalam competitive advantage.


Ada lima prinsip etika bisnis menurut Keraf (1994) diantaranya adalah :
1.      Prinsip Otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom mengandaikan adanya kebebasan mengambil keputusan dan bertindak menurut keputusan itu. Otonomi juga mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam dunia bisnis, tanggung jawab seseorang meliputi tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat.
2.      Prinsip Kejujuran. Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis melakukan penipuan.
3.      Prinsip saling menguntungkan. Prinsip ini mengarahkan agar kita secara aktif dan maksimal berbuat baik atau menguntungkan orang lain, dan apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain atau mitra bisnis.
4.      Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi hak seseorang di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.
5.      Integritas Moral. Prinsip ini mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.

Selain itu, etika bisnis juga mempunyai prinsip-prinsip pokok yang menjadi landasan dan pedoman, yaitu ;
1.      Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan atau pengusaha.
2.      Hal tersebut merupakan elemen penting buat suksesnya bisnis jangka panjang
3.      Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.
4.      Kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang berlaku di mana-mana
5.      Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral menyangkut tindakan yang benar dan salah yang terjadi di dalam lingkungan kerja.

Serta nilai-nilai etika bisnis yang seharusnya tidak dilanggar, yaitu ;
1.      Kejujuran. Kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam bisnis dan merupakan unsur penting untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.
2.      Keadilan. Memperlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.
3.      Rendah hati. Jangan melakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya mempromosikan produk dengan berlebihan dengan menjatuhkan produk pesaing.
4.      Simpatik. Menampilkan wajah ramah dan simpatik serta mengelola emosi.
5.      Kecerdasan. Dalam menjalankan strategi bisnis diperlukan kecerdasan agar menghasilkan keuntungan yang memadai dan menghindari kejahatan non-etis dari pesaing.
6.      Memperhatikan norma, budaya atau agama yang berlaku karena tiap daerah berlainan.

Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut diatas, dan menjaga etika bisnis akan memberikan keuntungan bagi entitas, yaitu ;
·         Jika jujur dalam berbisnis, maka bisnisnya akan maju
·         Timbulnya kepercayaan
·         Kemajuan terjaga, jika perilaku etis terjaga
·         Perolehan laba akan meningkat
·         Bisnis akan terjaga eksistensi dan kesinambungannya



Tentang Apple Inc.

Apple Inc. (sebelumnya bernama Apple Computer) adalah sebuah perusahaan multinasional yang berpusat di Silicon Valley, Cupertino, California dan bergerak dalam bidang perancangan, pengembangan, dan penjualan barang-barang yang meliputi elektronik konsumen, perangkat lunak komputer, perangkat telepon selular telepon pintar, serta komputer pribadi. Apple merupakan salah satu perusahaan dengan budaya dan nilai yang dipegang teguh oleh seluruh lapisan organisasi. Hal ini tercermin dari keseragaman experience yang dirasakan oleh konsumen Apple di seluruh dunia dan pada seluruh produk Apple, mulai dari iTunes, iPhone, iPad, MacBook, hingga customer service Apple yaitu Genius Bar.  Kohesivitas yang dimiliki Apple telah membawa Apple menjadi World’s Most Admired Brands and World’s Most Admired Company menurut majalah Fortune.
Dari sisi brand awareness, Apple memiliki konsep untuk mendiversifikasikan komputer mereka dari apa yang sudah ada di pasaran, Apple juga mendesain produk-produk iPod, dan juga iPhone. Apple memposisikan komputer Macintosh dengan kualitas yang lebih tinggi dan harga yang tinggi daripada pesaingnya. Selain berfokus pada kebutuhan umum, dari komputer Apple memiliki produk yang dibundel dengan nama iLife, yang memungkinkan komputer Apple digunakan untuk mengerjakan hal-hal kreatif, seperti melakukan aransemen musik dengan software GarageBand, dan lain-lain. Dalam industri telekomunikasi, iPhone yang dirilis pada tahun 2007 setelah penantian yang lama akhirnya menjadi produk unggulan dari Apple.
Apple melakukan integrasi vertikal pada beberapa bidang bisnisnya, contohnya adalah bagaimana Apple berhasil menghadirkan Microsoft Office for Mac untuk komputer mereka dan memungkinkan Microsoft Windows dijalankan dalam mesin mereka (namun tidak sebaliknya). Contoh unik lainnya dari integrasi vertikal adalah iPod dan iTunesnya, iTunes memiliki supply content musik yang dijual berasal dari Sony Music.
Apple berhasil membangun reputasi sebagai inovator dengan mengeluarkan sekumpulan lini produk yang mudah digunakan dan mampu mencakup segmen yang cukup luas. Dan differensiasi tersebut memberikan nilai ekonomis yang cukup besar, terutama dalam kompetisi yang bersifat monopoli (yang dilakukan/dimonopoli oleh Microsoft). Jika perusahaan mengalami kenaikan harga yang diperoleh dari supplier maka Apple dapat dengan mudah membebankan pada konsumen sehingga memungkinkan berkurangnya ancaman dari supplier, dan karena posisi dari produknya yang berbeda dan unik, maka Apple memiliki produk yang tidak dimiliki oleh kompetitornya sehingga mau tidak mau konsumen tidak dapat menawar untuk memperoleh produk yang dimiliki oleh Apple hanya bisa melalui Apple karena kompetitornya tidak sanggup memilikinya sehingga mengurangi ancaman dari pembeli.
Dalam laporan yang diturunkan oleh Sethi (2012), Apple telah mencapai puncak kesuksesan dalam 15 tahun yang singkat. Dengan kapitalisasi pasar lebih dari $ 500 miliar Apple berada d antara perusahaan yang paling berharga dan sangat menguntungkan di dunia.
Sukses yang luar biasa terletak pada kemampuan perusahaan untuk menciptakan produk yang benar-benar inovatif dengan daya tarik pelanggan yang luas. Apple telah memilih untuk inovasi produk konstan dan
berbeda, sehingga mampu mencapai loyalitas konsumen fanatik dan tingkat profitabilitas yang tinggi.


Foxconn dan anak perusahaannya yang berbasis di China yang dimiliki dan dikendalikan oleh Hon Hai Precision Industry Co, Ltd yang berbasis di Taiwan. Foxconn terutama sebagai original equipment manufacturer (OEM), adalah gabungan antara desain dan pengembangan bersama, manufaktur, perakitan, dan mitra layanan purna jual bagi sebagian besar perusahaan elektronik konsumen utama di dunia. Didirikan pada tahun 1974 oleh Terry Guo untuk mengintegrasikan pembuatan produk elektronik dengan total biaya terendah.
Foxconn adalah operasi manufaktur terbesar dan teknis paling canggih untuk produk elektronik konsumen. Selain Apple, klien lain meliputi antara lain, Dell, HP, Sony, Intel, dan Microsoft. Perusahaan ini adalah eksportir terbesar dari produk-produk dari China.
Foxconn
memiliki fanatisme tentang kerahasiaan dan keamanan. Untuk masuk kedalam pabrik dan fasilitas lainnya, hampir mustahil dapat dilakukan tanpa izin khusus dari manajemen pabrik dan otorisasi dari pembeli asing. Kerahasiaan ini juga cocok untuk kepentingan Apple dan perusahaan hi-tech asing lain yang memiliki perhatian khusus tentang melindungi kekayaan intelektual mereka dan produk-produk baru yang inovatif dari pesaing mereka. Hal ini juga disediakan Foxconn dengan cara siap melindungi semua aspek operasinya.


Dibalik kesuksesan dan  kejayaan Apple, dibalik kesejahteraan pemiliknya, manajemen serta karyawannya yang berada di kantor pusatnya, ternyata pernah mengalami sebuah masalah serius dalam hal etika bisnis terkait hubungannya dengan salah satu mitra pemasoknya, terutama dalam persoalan perlakuan tenaga kerja. Dari keuntungan yang diperoleh Apple dengan harga jual perangkatnya yang tinggi karena kemegahan produknya, hanya dinikmati oleh Apple dan institusi didalamnya, namun hal yang berkebalikan diterima oleh pekerja di Foxcon.
Apple memperlakukan pelanggan dan pekerja dengan dua standar yang berbeda (Sethi, 2012). Ketika datang ke pelanggan, Apple adalah inovator berani yang memimpin industri ke arah yang baru dan kekuatan orang lain untuk mengikuti. Namun, ketika datang ke manajemen rantai pasokan dan perlakuan terhadap pekerja di pabrik-pabrik Cina yang membuat produk-produknya, ia bersembunyi di balik kendala praktik industri yang berlaku. Yang lebih membingungkan adalah kenyataan bahwa praktik-praktik ini melanggar tidak hanya hukum lokal dan nasional, tetapi juga dari kode etik Apple sendiri. Ini adalah yang upaya sederhana terbaik untuk memastikan bahwa pekerja akan diperlakukan secara adil dan diberikan lingkungan kerja yang aman.
Salah satu pemasok terbesar dan produsen produk baru Apple Inc (Apple) telah terlibat dalam skandal mengenai kondisi kerja buruh pabrik. Perusahaan ini disebut Foxcon Technology Group (Foxcon), yang mengoperasikan lebih dari 40 pusat penelitian dan pengembangan serta fasilitas manufaktur di Asia, Rusia, Eropa dan Amerika. Foxconn telah berada di bawah sorotan media sejak awal tahun 2010 (Pratap et al., 2012). Kekhawatiran atas kerja dan kondisi hidup yang buruk bagi pekerja yang dipicu oleh angka seringnya dan semakin banyaknya insiden bunuh diri pekerja pabrik. Pratap et al. (2012) melaporkan bahwa pekerja Foxconn dari lokasi yang berbeda diartikulasikan bahwa mereka diperlakukan lebih buruk dari mesin. Alasan untuk perlakuan tersebut adalah perbedaan biaya penggantian: seorang pekerja dapat digantikan oleh pekerja lain tanpa biaya, sedangkan mesin harus dibayar untuk penggantian (Pratap et al, 2012). Pekerja mengeluh dan terus mengeluh tentang ketidakberdayaannya, dengan diperlakukan seperti pengawasan militer dalam mengawasi pekerja, serta jam kerja yang panjang yang dipaksakan kepada mereka. Rata-rata pekerja Foxcon bekerja 174 jam reguler per bulan dan 80-100 jam diluar jam kerja normal (Lee, 2011). Pratap et al. (2012) melaporkan bahwa para pekerja dipaksa untuk bekerja lembur termasuk pada akhir pekan dan tidak mendapatkan manfaat/bayaran yang sesuai karena gaji yang rendah dan ancaman dipecat apabila menolak.
Menurut Eaton (2012), dalam dinamika bisnisnya Apple telah melakukan pelanggaran etika bisnis ketika berhubungan dengan Foxcon dalam beberapa prinsip, yaitu :
1.      Apple, menghadapi kritik besar tentang perlakuan yang tidak adil dari para pekerja dalam rantai pasokan. Yang secara teknis bekerja untuk sebuah perusahaan yang sama sekali berbeda, di negara yang berbeda dengan latar belakang sosial dan ekonomi sangat berbeda.
2.      Foxcon menghadapi kontroversi di masa lalu atas masalah bunuh diri. Fenomena ini menunjukkan masalah kesejahteraan yang benar-benar jauh lebih rendah dari rata-rata di Cina.
3.      Pada awal 2011 tercatat bahwa Cina telah memiliki biaya tenaga kerja tertinggi ketiga dalam perekonomian Asia berkembang. Namun Foxcon tidak memberikan upah yang sesuai dengan regulasi pemerintahnya.
4.      Etika kerja, kondisi kerja, dan situasi ekonomi di Cina adalah berbeda secara radikal Amerika Serikat sebagai negara asal Apple. Dipengaruhi oleh politik, sejarah, efek ekonomi lokal, undang-undang, kebiasaan sosial, dan tradisi negara Cina.
5.      Standar kondisi ekonomi global dan nilai mata uang relatif yang seharusnya setara antara mata uang lokal dengan dolar Amerika Serikat seharusnya bisa memberikan tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik bagi negara yang memiliki kerjasama bisnis dengannya.
Dengan melihat dari aspek-aspek yang dipaparkan diatas, dapat dipelajari prinsip-prinsi etika bisnis yang terlanggar oleh Apple dalam hubungannya dengan Foxcon, dengan menempatkan masalah sesuai konteks makalah ini, yaitu :
1.      Prinsip Otonomi
Apple telah tidak memenuhi tanggungjawabnya secara etika bisnis untuk menjunjung tinggi dan menaati regulasi bisnis yang berlaku secara global maupun lokal di negara tempat pelaksanaan bisnisnya. Adanya aturan ketenagakerjaan, etika kerja, keselamatan kerja, dan aturan pengupahan di negara Foxcon, Cina, tidak diindahkan karena semata-mata mengejar keuntungan dari hasil menekan biaya produksi serendah-rendahnya. Hingga sampai pernah terjadi insiden kebakaran di pabrik Foxcon.
2.      Prinsip Kejujuran
Ada ketidak-transparanan dalam manajemen biaya produksi dan harga jual akhir antara Apple dengan Foxcon dan persatuan pekerjanya, sehingga terjadi penyimpangan dan penyelewengan hak-hak pekerja dalam pencapaian target kinerja Foxcon atas perjanjian kerjasamanya dengan Apple.
3.      Prinsip Saling Menguntungkan
Apple mengambilkan keuntungan sepihak dari perjanjian bisnisnya dengan Foxcon dengan usaha menekan biaya produksinya, dalam hal ini pekerja yang menjadi korban terbesarnya. Dunia mengakui kesuksesan finansial perusahaan Apple dalam memberikan keuntungan kepada pemilik sahamnya dari hasil usahanya hingga Apple masuk kedalam jajaran perusahaan dengan kapital terbesar didunia, namun hal ini tidak berdampak yang sama kepada mitra produksinya di Cina, terutama dalam hal ini para pekerjanya langsung.
4.      Prinsip Keadilan
Ada kesenjangan yang sangat nyata antara karyawan Apple di kantor pusatnya di Amerika Serikat dengan para pekerja yang telah menghasilkan produk yang memberikan keuntungan besar bagi Apple. Apabila karyawan di kantor pusatnya menikmati gaji yang besar serta berbagai fasilitas yang memadai dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi, namun tidak demikian yang diperoleh oleh pekerja produksi produk Apple yang berada di mitranya di Foxcon Cina. Bahkan ketidakadilan yang sangat senjang ini telah memicu insiden-insiden akibat kekecewaan dan keputusasaan para pekerjanya dalam bentuk unjuk rasa dan upaya bunuh diri.
5.      Prinsip Integritas
Standar ganda yang dilakukan oleh Apple, berbedanya standar yang diberikan kepada pelanggan dengan kepada pekerja produksinya menunjukkan adanya masalah integritas yang ditunjukkan. Ketika datang ke pelanggan, Apple adalah inovator berani yang memimpin industri ke arah yang baru dan kekuatan orang lain untuk mengikuti. Namun, ketika datang ke manajemen rantai pasokan, mereka melakukan perlakuan yang tidak baik terhadap pekerja di pabrik-pabrik Cina yang membuat produk-produknya, ia bersembunyi di balik kendala praktik industri yang berlaku.

 Referensi:

Didovych, M. (2012). Ethics Behind Apple and Foxconn Relationship.  The College of Westchester
Eaton, Kit. (2012). Apple And Foxconn's Ethics Hit Your Gadget Prices [Updated]. Fast Company, February 24, 2012.
Keraf, A, Sonny, Imam, RH. (1995). Etika Bisnis Edisi Ketiga dengan Revisi. Yogyakarta (ID): Kanisius
Lee, A. (2011). Apple Manufacturer Foxconn Makes Employees Sign “No Suicide” Pact”, The Huffington Post.
Moore, M. (2010). Inside Foxconn’s Suicide Factory. The Telegraph, May 27, 2010. Disarikan dari http://www.telegraph.co.uk/finance/china-business/7773011/A-look-inside-the-Foxconn-suicide-factory.html
Pratap, S, Radhakrishnan,V, Dutta, M. (2012). Foxconn Workers Speak: We Are Treated Worse Than Machines. Asian Labour Update 78: p 32-36.Web. Disarikan dari http://www.amrc.org.hk/system/files/ALU%2078%20v2.pdf#page=15